Kopi Arabika (Coffea arabica) diduga pertama kali diklasifikasikan oleh seorang ilmuwan Swedia bernama Carl Linnaeus (Carl von Linné) pada tahun 1753. Jenis Kopi yang memiliki kandungan kafein sebasar 0.8-1.4% ini awalnya berasal dari Brasil dan Etiopia. Arabika atau Coffea arabica
merupakan Spesies kopi pertama yang ditemukan dan dibudidayakan manusia
hingga sekarang. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700-1700 m
dpl dengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Jenis kopi arabika sangat rentan terhadap serangan penyakit karat daun Hemileia vastatrix (HV), terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m, sehingga dari segi perawatan dan pembudayaan kopi arabika memang butuh perhatian lebih dibanding kopi Robusta
atau jenis kopi lainnya. Kopi arabika saat ini telah menguasai sebagian
besar pasar kopi dunia dan harganya jauh lebih tinggi daripada jenis
kopi lainnya.
Penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan
Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika
mocca dari Arabia ke Jakarta. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan
dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan
tanah partikelir Kesawung yang kini lebih dikenal Pondok Kopi.
Di Indonesia penyebaran tumbuhan kopi pada awalnya dibawa seorang berkebangsaan
Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika
mocca dari Arabia ke Jakarta. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan
dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan
tanah partikelir Kesawung yang kini lebih dikenal Pondok Kopi.
Kemudian kopi arabika menyebar ke
berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten, dan
Priangan, melalui sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa,
tanaman kopi kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera,
Sulawesi, Bali, dan Timor. “Bahkan kopi arabika yang semula ditanam di
Brasil (negara produsen kopi terbesar di dunia) konon bibitnnya berasal
dari Pulau Jawa,” ungkap Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Timur Mudrig Yahmadi.
Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan
pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di dunia, walaupun tidak
lama akibat munculnya serangan hama karat daun. Serangan hama yang
disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19.
Meskipun demikian, sisa tanaman kopi
arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di Indonesia, antara
lain dataran tinggi Ijen (perbatasan Situbondo-Bondowoso Jawa Timur), tanah tinggi Toraja (Sulsel), serta
lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti
Mandailing, Lintong dan Sidikalang (Sumut) serta dataran tinggi Gayo (DI
Aceh).
Demikian sedikit ulasan kami, semoga bermanfaat
Salam kopi Luwak "Double Top"
dikutip dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar